Berpuasa boleh bikin tubuh lemas, tapi jangan sampai hal itu menghalangi seseorang untuk berolahraga. Bahkan orang yang berpuasa dan tetap menjalankan rutinitasnya berolahraga akan memiliki tubuh yang bugar dan metabolisme yang lebih baik.
"Olahraga di bulan puasa memang tidak harus berhenti, bahkan dengan tetap berolahraga ketika puasa, seseorang akan memiliki metabolisme yang lebih baik lagi dibanding mereka yang tidak berolahraga," ujar dr. Diah Syarifah ketika dihubungi detikhealth.
Memang benar seorang yang berpuasa akan merasakan gejala-gejala seperti lemas dan mengantuk karena adanya perubahan waktu makan, minum dan tidur.
Hal itu tentunya akan mempengaruhi aktivitas fisik lainnya seperti berolahraga. Tapi jangan salah, olahraga justru akan membuat asupan oksigen ke dalam tubuh lebih banyak lagi sehingga tubuh akan tetap segar dan tidak lemas.
"Yang harus diperhatikan hanya waktu, porsi, jenis olahraga dan kecukupan kalori tubuh saja," tutur Diah. Ia pun menjelaskan tiap orang rata-rata membutuhkan kalori sekitar 1.800-2.000 kalori, tapi tetap disesuaikan dengan aktivitasnya.
Diah menyarankan agar olahraga di bulan puasa cukup yang ringan-ringan saja dengan durasi secukupnya. "Cukup lari-lari kecil, jalan cepat atau yoga selama 15-30 menit," ujarnya.
Olahraga yang mungkin harus dihindari selama bulan puasa adalah berenang, karena adanya kemungkinan air yang masuk ke mulut dan membatalkan puasa.
"Sebaiknya menghindari berenang, karena kita nggak bisa jamin nggak ada air yang masuk ke dalam mulut. Bahkan mandi pun sebetulnya makruh, karena khawatirnya ada air yang tertelan," ujar Diah
Waktu berolahraga pun sebaiknya diperhatikan. "Minimal 1-2 jam setelah atau sebelum makan. Nggak masalah mau dilakukan sehabis sahur atau sebelum berbuka, yang penting kuat dan tidak memaksakan diri, terutama mereka yang punya penyakit berat seperti jantung atau stroke," ucap Diah.
Jika dihitung-hitung, setelah makan sahur umumnya makanan baru diproses menjadi energi sekitar 4 jam. Setelah itu energi akan digunakan untuk beraktivitas selama 10 jam ke depan (pukul 08.00 s/d 18.00 WIB), oleh karena itu sebaiknya pintarlah menyiasati waktu berolahraga.
"Olahraga di bulan puasa bukan masalah bagus atau nggak bagus, yang penting kalorinya cukup. Puasa itu sendiri kan proses membersihkan diri dari racun dengan mengistirahatkan lambung dari makanan-makanan yang kurang baik, dan olahraga akan membantu proses pembersihan diri itu," jelas dokter yang biasa melakukan senam sehabis subuh itu.
Puasa bukan alasan untuk tidak berolahraga. Meski sedang berpuasa, tubuh tetap membutuhkan latihan fisik agar tetap bugar. Namun sebaiknya perhatikan olahraga yang akan Anda lakukan, jangan sampai olahraga justru membuat kondisi tubuh menjadi lebih buruk.
"Orang yang mau berolahraga harus tahu tujuannya untuk apa. Kalau tujuannya olahraga untuk sehat, untuk hidup lebih baik, maka lakukan olahraga sesuai kemampuan tubuh. Kalau orang yang biasanya hanya ngantor, lalu ingin hidupnya lebih baik, maka mulailah dengan olahraga ringan karena tubuhnya kan belum siap," ujar Dr. Michael Triangto, SpKO, Spesialis Kedokteran Olahraga di RS Mitra Kemayoran saat dihubungi detikHealth, Sabtu (6/8/2011).
Begitu juga dengan kondisi tubuh orang yang sedang berpuasa. Tidak semua olahraga baik dilakukan saat Anda berpuasa. Salah-salah, olahraga justru bisa membuat kondisi tubuh menjadi memburuk.
"Saya tidak mengatakan tidak boleh olahraga berat, tapi sebaiknya disesuaikan dengan kondisi tubuh. Latihan berat boleh tapi sebaiknya di sore karena setelah itu kan kita berbuka," lanjut Dr. Michael yang juga menjabat sebagai Kepala Sub Bidang Kedokteran Olahraga, Litbang PB PBSI.
Untuk itu, Dr Michael memberikan beberapa tips untuk melakukan olahraga yang aman di bulan puasa:
Olahraga di pagi hari
Tentukan tujuan dari olahraga tersebut. Bila ditujukan untuk kesehatan dan kebugaran, sebaiknya dilakukan pada saat pagi hari setelah sahur dengan intensitas ringan, sehingga tidak memicu terjadinya dehidrasi dan kelelahan yang berlebihan saat siang hari yang berpotensi untuk mengurangi efektivitas kerja.
Karena intensitas latihan yang dilakukan itu ringan, tentunya hal ini tidak akan memberatkan bagi orang-orang yang sebelumnya tidak pernah berolahraga.
Lakukan olahraga pagi tersebut bersama dengan anggota keluarga lainnya sehingga tidak hanya diri kita sendiri yang seha,t namun juga kita mengajak orang lain untuk menjalani kebiasaan hidup sehat dan lebih mempererat hubungan kekeluargaan kita.
"Olahraga pagi itu sebaiknya olahraga ringan dan bersifat kekeluargaan, karena bisa dilakukan bersama-sama, sehingga secara mental memupuk rasa kekeluargaan," jelas Dr Michael.
Menurut Dr Michael, contoh olahraga ringan yang dapat dilakukan di pagi hari antara lain:
Jalan cepat bersama keluarga
Olahraga permainan seperti bermain sepak bola di halaman rumah atau bulu tangkis, yang melibatkan lebih dari 1 orang.
Bersepeda bersama.
Olahraga sore hari
Bila tujuan kita adalah untuk tetap menjaga kekuatan dan bentuk otot yang telah terbentuk sebelumnya atau juga ingin melakukan olahraga yang lebih berat sebaiknya dilakukan sore hari menjelang saatnya berbuka. Alasannya, bila olahraga tersebut menimbulkan kehilangan cairan yang berlebihan tentunya akan lebih mudah tercukupi saat waktu berbuka. Selain itu kelelahan yang terjadi akibat menjalani latihan berat tersebut tidak akan menimbulkan kelelahan tubuh dan mengganggu performa kita dalam bekerja.
Latihan yang bersifat eksplosiv dengan beban yang berat biasanya dipakai untuk mengisi olahraga sore hari ini.
Intensitas latihan yang berat biasanya harus disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan dari masing-masing orang sehingga latihan sore hari ini biasanya lebih bersifat individual.
"Latihan sore hari biasanya lebih bersifat individual, jadi bisa lebih berat. Olahraga sore misalnya gym. Bagi orang yang terbiasa nge-gym, puasa bisa membuat ototnya kendur, maka olahraga di sore hari ini bisa tetap menjaga ototnya," jelas Dr Michael.
Keamanan saat melakukan olahraga sangat ditekankan Dr Michael karena banyak kasus orang yang memaksakan diri untuk berolahraga namun pada saat kondisi tubuh sedang tidak siap, yang akhirnya dapat berakibat fatal
"Saya mendapat kabar kalau salah satu pelatih senior mengalami serangan stroke haemoragic sesaat setelah menyelesaikan olahraganya. Badannya besar seperti Ade Rai. Katanya dia mengeluh badannya kurang enak dan mau cari keringat. Lalu dia berolahraga sepeda statis itu, tapi cukup berat dan keluar keringat banyak. Tiba-tiba kok tangannya nggak enak terus minta diurut. Eh terus kakinya juga nggak enak dan tiba-tiba jadi pelo," jelas Dr Michael.
Untuk itu, Dr Michael menganjurkan agar orang selalu berhati-hati saat memulai berolahraga, terutama bila tubuh 'terasa' kurang sehat'.
"Orang yang berpuasa kan sering merasa tubuhnya 'kurang sehat'. Intinya jangan dipaksakan dan tahu tujuan berolahraga. Bila badan sedang tidak sehat, lebih aman untuk memeriksakan diri terlebih dahulu ke dokter untuk memastikan segala sesuatu memang dalam keadaan baik," tutup Dr Michael